HAL – IHWAL HARI KIAMAT
“Maka apabila telah datang malapetaka yang besar itu.” (ayat 34). Yaitu hari kiamat dan hari perhitungan (hisab): “Di hari yang akan teringat manusia kepada apa yang telah diusahakannya.” (ayat 35).
Teringatlah manusia kembali pada hari itu segala pekerjaan yang telah diusahakannya selama hidupnya di dalam dunia dahulu. Tidak suatu jua pun yang terlupa. Mengingat pekerjaan-pekerjaan yang telah pernah dikerjakan di zaman lalu itu, di waktu hidup kita di dunia ini saja kerapkali mengacaukan fikiran, karena kita merasa bahwa perbuatan kita dahulu sebenarnya adalah salah atau janggal atau menjadi tertawaan orang. Memendam perasaan bersalah bisa jadi penyakit dalam jiwa. Sedangkan masih di dunia peringatan ke zaman lampau itu lagi memberatkan hati, kononlah kelak di hari akhirat.
“Dan dipertunjukkan neraka kepada siapa yang melihat.” (ayat 36). Bertambah teringat dosa yang lalu bertambah jelas neraka di muka penglihatan mata. Walaupun dicoba hendak memalingkan mata ke tempat lain, namun dia hendak kembali melihat ke sana juga. Kengerian menyebabkan penglihatan lekat ke sana saja.
Lalu diterangkan pada ayat selanjutnya siapa yang akan masuk ke dalam neraka itu:
“Maka adapun orang-orang yang telah melanggar batas.” (ayat 37). Artinya telah dilampauinya segala batas yang ditentukan oleh Allah. Tidak diperdulikannya lagi mana yang terlarang dan mana yang boleh dilakukan. Batas-batas itu dirompaknya semua karena dorongan nafsunya: “Dan lebih mementingkan kehidupan dunia.” (ayat 38). Tidak diingatnya lagi bahwa hidup di dunia ini hanyalah buat sementara, lalu hatinya terpaut kepada dunia yang akan ditinggalkan itu, sehingga tersesatlah dia daripada jalan yang benar: “Maka sesungguhnya neraka jahimlah tempatnya kembali.” (ayat 39). Karena sejak semula jalan ke sanalah yang telah dipilihnya sendiri.
“Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya.” (pangkal ayat 40). Dia takut akan maqam atau kebesaran atau kedudukan Tuhannya, sebab dia tahu bahwa Allah itu Maha Kuasa menjatuhkan azab kepada barangsiapa yang durhaka, dikerjakannyalah perintah Allah, dihentikannya larangan-Nya, dilatihnya dirinya untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan dengan ibadat dan khusyu’! “Dan (dapat) mencegah dirinya dari pengaruh hawanafsu.” (ujung ayat 40). Sehingga dia dapat mengendalikan diri dengan baik; “Maka sesungguhnya syurga, itulah tempatnya kembali.” (ayat 41).
Dan itulah yang menjadi penghargaan (rajaa’) dari tiap-tiap orang yang insaf bahwa dirinya adalah Hamba Allah, dan kewajiban hamba tidak lain ialah berbakti kepada Tuhan yang telah menciptakan dan menghidupkannya. Maka syurga itu adalah tempat yang wajar untuk dia kembali.