Inilah peringatan kepada Rasulullah SAW sendiri yang akan menghadapi tugas yang berat menjadi Rasul. Dia akan berhadapan dengan manusia, dan manusia itu pada umumnya mempunyai suatu sifat yang buruk. Yaitu kalau dia merasa dirinya telah berkecukupan, telah menjadi orang kaya dengan harta-benda, atau berkecukupan karena dihormati orang, disegani dan dituakan dalam masyarakat: “Sungguh! Sesungguhnya manusia itu suka sekali melampaui batas.” (ayat 6). “Lantaran dia melihat dirinya sudah berkecukupan.” (ayat 7). Lantaran itu dia tidak merasa perlu lagi menerima nasihat dan pengajaran dari orang lain. Maka hiduplah dia menyendiri, takut akan kena. Dan harta bendanya yang berlebih-lebihan itu tidak lagi dipergunakannya untuk pekerjaan yang bermanfaat, padahal: “Sesungguhnya kepada Tuhanmulah tempat kembali.” (ayat 8).
Apabila telah datang saat kembali kepada Tuhan, yaitu maut, kekayaan yang disangka mencukupi itu tidak sedikit pun dapat menolong.
Tepatlah apa yang ditafsirkan oleh Abus Su’ud bahwa karena hidup merasa kaya berkecukupan, orang melampaui batas-batas yang patut dijaga. Akhir kelaknya dia mesti kembali juga kepada Yang Maha Kuasa atas dirinya dan atas hartanya. Dia mesti mati, dan sesudah mati dia kelak akan dibangkitkan, berhadapan dengan Tuhan sendiri, bukan dengan yang lain. Di situ kelak engkau rasakan akibat dari sikapmu yang tidak mau tahu, yang merasa cukup dan melampau itu.