Quantcast
Channel: Tafsir Al Azhar | Tafsir Al Qur'an Oleh Buya HAMKA
Viewing all articles
Browse latest Browse all 93

Ath Thaariq 1 – 4

$
0
0


BINTANG THARIQ

Pembukaan Surat ini dimulai Allah dengan mengambil alam yang Dia jadikan untuk jadi sumpah. Sebagai telah kita maklumi, sumpah Tuhan atas segala sesuatu ialah sebagai anjuran agar kita menumpah perhatian kepada yang diambil Allah jadi sumpah itu. Di ayat 1 ini terdapat dua yang disumpahkan Tuhan. Pertama langit. Dan sumpah tentang langit ini akan banyak kita dapati dalam ayat-ayat yang lain, baik dalam Surat ini sendiri (ayat 11), ayat Surat-surat yang lain, terutama Surat-surat yang terligkung dalam Juzu’ 30 ini. Tetapi sumpah dengan Thariq ini jarang-jaranglah kejadian.

Kalimat Thariq jika diartikan ke dalam bahasa kita, asal artinya ialah mengetuk atau memukul yang keras. Sebagai orang yang mengetuk pintu orang lain tengah malam agak keras, supaya yang empunya rumah lekas bangun, karena dia membawa berita penting.

Sebab itu maka jalan raya yang selalu dilalui manusia dinamai dalam bahasa Arab Ath-Thariiq (dengan tidak beralif-saksi di huruf Tha dan memakai Ya, supaya dibaca panjang pada huruf Raa yang baris di bawah). Sebab jalan raya itu selalu diketuk oleh kaki manusia, kaki kudan dan roda kendaraan yang lalu lintas.

Maka datanglah ayat yang kedua: “Dan adakah pengetahuan engkau, apakah yang mengetuk itu?” (ayat 2).

Pertanyaan pada ayat yang kedua ini, sebagaimana banyak juga terdapat di beberapa ayat yang lain, ialah guna lebih menarik minat dan perhatian Rasulullah SAW kepada barang yang diambil sumpah oleh Allah itu. Dan kita pun sudah maklum bahwa Nabi Muhammad SAW tidaklah akan tahu mengapa maka Ath-Thariq atau pengetuk itu yang diambil jadi sumpah oleh Tuhan. Niscaya Nabi Muhammad lebih berminat menunggu keterangan dari Tuhan sendiri. Lalu Allah meneruskan firman-Nya memberitahukan apakah yang disebut Thariq itu:

Ath-Thariq ialah: “Suatu bintang yang menembus.” (ayat 3).

Dapatlah diambil kesimpulan dari deretan ketiga ayat ini, bahwa di alam cakrawala itu ada suatu bintang yang melancar dengan keras dan cepat, laksana mengetuk pintu yang terkunci sehingga orang yang enak tidur jadi terbangun. Sifatnya ialah menembus. Yang ditembusnya ialah kegelapan malam. Bila bintang yang bergerak cepat itu lalu di dalam gelap gulita, tembuslah kegelapan itu dan timbullah cahaya di kelilingnya.

Dan kadang-kadang kita pun dapat menyaksikan bintang-bintang Thariq itu bila langit jernih di tengah malam, dan bintang-bintang bercahaya berkelap-kelip. Kadang-kadang jelas sekali melintas satu bintang comet, cepat sekali. Ditembusnya kegelapan malam.

Lalu rahasia ini dibukakan oleh ahli-ahli tafsir. Bahwa Ath-Thariq itu adalah perumpamaan belaka daripada kedatangan Jibril ke atas dunia ini, membawa wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Cepat sekali, karena malaikat itu adalah Nur, atau cahaya. Ilmu pengetahuan tentang alam ini telah didapat serba sedikit oleh manusia, bahwa kecepatan perjalanan cahaya itu adalah 180.000 mil dalam satu detik! Kecepatan malaikat seratus kali dari itu. Dia melayang dengan cepatnya, menembus kegelapan malam. Atau kegelapan alam fikiran manusia yang telah diliputi oleh jahiliyah, tak ada pedoman hidup lagi. Dia mengetuk hati yang telah membeku dan membatu.

Inilah isi sumpah. Yang disumpahkan ialah Bintang. Namun dia lebih tinggi dari segi rohnya dari bintang itu sendiri.

Coba perhatikan susunan letak Surat. Ujung Surat Al-Buruuj (85) menyatakan Al-Qur’an tersimpan dan terpelihara pangkal Surat Ath-Thariq (86) ialah kiasan tentang Cahaya turunnya Jibril menembus kegelapan malam mengantar wahyu kepada Muhammad SAW.

SEMUA DIPELIHARA

“Tidak ada tiap-tiap diri, melainkan ada atasnya yang memelihara.” (ayat 4).

Artinya tegas sekali: Tidak ada satu diri pun yang terlepas daripada penjagaan dan pemeliharaan Tuhan.

Dengan ayat sependek ini terungkaplah seluruh jaminan hidup Allah atas semua makhluk-Nya yang empunya diri, yang bernyawa. Sedangkan ikan dalam laut, serangga menjalar di bumi, cacing di balik tanah, sampai kepada binatang liar di hutan lebat, semuanya dijaga dan dipelihara oleh Allah, dijamin rezekinya, dilindungi hidupnya, apatah lagi manusia.

Setelah ada penjagaan yang demikian, niscaya diperhitungkan pula amalnya, buruknya dan baiknya, sehingga manusia tidak dapat menyembunyikan diri dan mengelak dari tanggung jawab.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 93